Senin, 09 November 2009

Hutan “The Virgin Forest ” Batang Toru Harta Karun Tapanuli Utara Dan Dilemanya


TAPANULI UTARA (TAPANULI NEWS)
Kawasan Hutan Batang Toru secara goegrafis terletak antara 98o 53, - 99 o 26 , bujur timur dan 02o 03, - 01o 27, lintang utara. Hutan alami (primer) yang tersisa saat ini di Batang Toru seluas 136.284 ha dan berada di blok barat seluas 81.344 ha, di blok timur 54.940 ha. Secara administrative lokasi ini terletak di wilayah 3 kabupaten, yakni Kabupaten Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan dan Tapanuli Tengah.
89.236 ha atau sekitar 65,5 persen terletak di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara yang mengairi areal persawahan di lembah Sarulla dan hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Sipansihaporas serta Aek Raisan. Sisanya dibagi dua wilayah Kabupaten Tapsel dan Tapteng. Yayasan Ekosistim Lestari (YEL) mengklaim status hutan batang toru saat ini sebagaian besar tidak memadai untuk mewujudkan pengelolaan jasa lingkungan yang bisa memberikan mamfaat berkelanjutan kepada masyarakat.
Dari hasil survey YEL, hutan batang toru merupakan daerah tangkapan air untuk 10 sub-DAS, dimana kawasab DAS ini masih memiliki tutupan hutan yang masih utuh dibagian hulunya dan merupakan fungsi penting sebagai penyangga dan pengatur tata air maupun sebagai pencegah bencana. 10 sub-DAS yang berasal dari hutan Batang Toru adalah Sipansihaporas, Aek Raisan, Batang Toru Ulu, Sarulla Timur, Aek Situmandi, Batang Toru Ilir (Barat dan Selatan), Aek Garoga, Aek Tapus dan Sungai Pandan.
Dalam hal ini, air di Batang Toru sangat penting untuk masyarakat sekitarnya untuk lokasi perkebunan dan persawahan, terutama untuk kehidupan manusia. Disamping untuk sumber kehidupan itu, saat ini dilema untuk mempertahankan keperawanan (The Virgin Forest) hutan ini menjadi sebuah tantangan bagi semua pihak untuk tetap melestarikan dan menjaganya.
Dilema kedua adalah rencana pembangunan industri Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi/Geothermal PLTP Sarulla di Taput, Pertambangan Emas oleh PT.Agincourt Oxiana (dulu PT.Newmont Horas Nauli) di Tapsel dan PLTA Sipansihaporas di Tapteng. Ketiga industri ini tentunya sangat membutuhkan sumber air dari hutan Batang Toru.
Proyek PLTP Sarulla tentunya akan sangat membutuhkan ketersediaan sumber air bawah tanah yang berkelanjutan, maka semuanya itu tergantung kepada kelestarian ekosistim yang ada di hutan tersebut. Proyek penambangan emas oleh PT.Agincourt yang berdekatan dengan hutan Batang Toru di blok barat juga sangat mengharapkan resapan air dari hutan Batang Toru, dimana sebagaian dari wilayah pertambangan ini masih merupakan tutupan hutan primer. Sedangkan untuk PLTA Sipansihaporas jelas merupakan teknologi yang membutuhkan perhitungan cukup teliti mengenai debit air yang akan digunakan untuk pembangkit tenaga listrik. Dimana PLTA Sipansihaporas ternyata dapat menghasilkan tenaga listrik 50 MW.
Khusus untuk PLTA Sipansihaporas, pihak pengelola proyek ini sudah sepantasnya berterimakasih kepada Pemkab/Kabupaten Tapanuli Utara, karena rata-rata air sungai tangkapan Hutan Batang Toru bersumber dari wilayah kabupaten ini. Yang menjadi pertanyaan, apakah PLTA Sipansihaporas akan nantinya akan memberikan sumbangsih semisal Community Developmen (CD) atau semacam sumbangan atas pemfaatan jasa pelestarian alam ke Kabupaten Tapanuli Utara ?
Hutan Batang Toru memiliki Geografi/topografi yang sangat rumit dan bergelombang. Jenis hutan yang dapat ditemui saat ini adalah hutan pegunungan rendah, hutan gambut, hutan batu kapur dan hutan berlumut.
Tanah dan air di hutan Batang Toru memiliki keasaman PH 4-5 dengan air berwarna coklat jernih. Sedangkan jenis-jenis pohon yang ada didominasi Cemara Gunung (Atturmangan/Casuarina sp), Sappinur Tali (Dacridium spp) dan jenis-jenis mayang (palaquiumspp) disamping itu juga terdapat jenis-jenis pohon Famili Theaceae, Sapotaceae dan Lauraceae.
Survei Vegetasi yang dilakukan oleh YEL beberapa tahun yang lalu, ditemukan 11 jenis tanaman yang merupakan spesies baru di dunia ilmiah. Disamping itu juga ditemukan beragam jenis vegetasi khas Sumatera, seperti bunga bangkai Rafflesia gadutensis dan bermacam-macam bunga anggrek. Sementara itu, rata-rata curah hujan di hutan Batang Toru bias mencapai 4.500 sampai 5.000 mm per tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa curah hujan dilokasi tersebut cukup tinggi, karenanya suhu pada malam harinya dilokasi ini bias menurun hingga 14 derajat celcius.

Ancaman Terhadap Kelestarian Hutan Batang Toru

Ancaman kelestarian hutan Batang Toru kini mulai berlangsung, hutan ini terus menerus terkikis akibat perambahan dan penebangan liar yang terdapat disisi barat dan selatan wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan. Disamping itu, perburuan terhadap satwa langka yang lambat perkembangbiakannya juga sudah berlangsung sejak lama.
Pemberian izin penebangan dengan mengeluarkan Hak Pemamfaatan Hasil Hutan (HPH) oleh Departemen Kehutanan di kawasan ini, hendaknya ditinjau ulang guna keselamatan hutan batang Toru dan ekosistim yang ada. Pertambangan emas disekitar lokasi hutan ini akan memberikan dampak buruk.
Untuk itu, 3 kabupaten yang memiliki areal Hutan Batang Toru hendaknya sepakat dan duduk bersama dalam melestarikan kawasan hutan yang masih tergolong perawan ini. Syaratnya, ketiga kabupaten harus menyepakati perubahan status hutan Batang Toru dari Hutan Produksi menjadi hutan lindung, menata batas kawasan hutan masing-masing kabupaten di Batang Toru, membentuk paying hokum yang tepat untuk pengelolaan multi pihak dan kepentingan lintas kabupaten, menghentikan perburuan satwa langka dan menggalang dana guna pelestarian kawasan hutan ini.(HORDEN SILALAHI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar